Ada ejekan pada pesantren salaf. Diantaranya, memandang pesantren salaf sebagai instansi pengajaran kuno, belajar dalam pesantren membuat hari esok muram karena ijazahnya tidak laris di bursa kerja, dan lain-lain. Apakah benar begitu?

Menurut saya, yang memiliki pendapat begitu itu terang salah pengertian, bahkan juga ngawur. Saya percaya, mereka itu tidak paham secara detail mengenai dunia pesantren. Kemungkinan mereka cuman menyaksikan pelaku santri yang berperangai menyelimpang dari adat pesantren.

Pada akhirnya, mereka menggebyah uyah pesantren dengan ejekan semacam itu. Kesempatan ini tebuireng.co ingin menunjukkan kebalikannya. Rupanya evaluasi di pesantren salaf mempunyai keunggulan dibandingkan instansi pengajaran resmi. Berikut penjabaran keunggulan pesantren salaf diartikan.

Unggul istiqamah

Keunggulan pertama dari pesantren salaf ialah istiqamah. Santri yang mengangsu pengetahuan di pesantren salaf betul-betul dituntut keajegannya datang di sekolah diniyah. Santri ditolerir tidak masuk tanpa ijin 20 barangkali satu tahun. Bila satu tahun optimal 366 hari dan hari efisien belajar 300 hari sesudah dikurangi hari liburan, karena itu persentasi santri ditolerir absen optimal cuman 6,67%. Angka ini dari perhitungan 20 : 300 X 100%.

Persentasi ini benar-benar jauh dengan pengajaran resmi di luar pesantren. Misalnya, saat saya masih kuliah, tolerasi absen itu diberi sampai sejumlah 20%. Jika dibanding ke-2 persentasi di atas, karena itu didapat angka 6,67% : 20% atau sama dengan 1 : 3. Benar-benar, satu nilai perbedaan yang paling menyolok.

Unggul adab

Dunia pesantren sejak dahulu dikenali sebagai instansi pengajaran yang paling kental dengan adat, santun sopan, tawadu', dan akhlaaqul kariimah yang lain. Tata pertemanan berikut yang membuat pesantren dihormati warga. Berbekal adab yang mulia itu, tamatan pesantren gampang diterima dalam masyarakat. Ceramahnya gampang tembus ke tengahnya warga dari barisan apa saja dan dari daerah mana saja.

Kondisi ini tidaklah heran karena pesantren telah rekat dengan adat. Misalkan, mulai belajar dengan diawali berdoa, bagus untuk dianya, beberapa guru, bahkan juga pengarang kitab yang didalami. Usai mengaji, santri dibiasakan mencium kitab sebagai tanda cinta pada pengetahuan didalamnya. Bahkan juga, jika langkahi kitab atau buku catatan, santri mengambil langsung dan menciumnya sebagai tanda penyesalan.

Itu baru pada kitab dan buku catatan. Pada guru, santri juga dituntut patuh, takdim, dan hormat. Mereka berkeyakinan, pengetahuan yang mereka timba di pesantren dapat sukses secara baik bila guru meridainya. Itu tidak dapat diraih jika santri melakukan perbuatan yang tidak santun dan tingkah nista yang lain pada guru. Rida guru itu kunci sukses santri dalam menuntut pengetahuan di pesantren.

Unggul berkah

Dengan berbekal keunggulan istiqamah dan adat seperti dirinci di atas, karena itu nampaklah keunggulan selanjutnya, yakni unggul keberkahan pengetahuan. Maknanya, pengetahuan yang didapat santri sepanjang mondok di pesantren salaf lebih berguna, berarti, dan abadi.

Keberkahan ini ada dari penghargaan proses belajar yang diaplikasikan pesantren salaf. Sepanjang santri mengangsu pengetahuan, selalu dituntun, dipandang keaktifannya, ditakzir kemalasannya, dan sebagainya.

Maka santri betul-betul mendapatkan penilaian yang jeli sepanjang proses belajar mengajarkan di pesantren. Penilaian santri juga bukan hanya ditetapkan dari kecerdasan, tetapi juga adabnya pada pengasuh pesantren, guru, atau sama-sama santri. Penghargaan proses berikut yang pada akhirnya berbuah karunia dalam ilmunya.

Itu beberapa keunggulan pesantren salaf yang sejauh ini, menurut saya, sedikit dijumpai. Mengakibatkan, beberapa warga memandang pesantren itu kolot, kuno, statis, dan stigma negatif lain. Walau sebenarnya, malah dari pesantrenlah banyak dilahirkan manusia berkualitas sekalian memiliki integritas pengetahuan, adab, atau agamanya.